Archive for Juni 2013

Pengaturan kamera



Pengaturan Kamera Ketika Memotret Indoor

Tips Fotografi - Pertanyaan kerap sekali ada ketika kita memotret di dalam ruangan. Bagaimana menghasilkan foto yang bagus ketika memotret di dalam ruangan? Pengaturan kamera yang akan kami ulas disini datang dari pengalaman ketika beberapa memotret di acara-acara perusahaan, pernikahan yang diadakan di dalam gedung. Pengaturan ini memungkinkan kalian untuk memotret orang atau subyek sebagai foreground, tetapi juga masih mendapatkan warna-warna atau cahaya pada background.

Pengaturan untuk Fotografi Indoor

Gunakan pengaturan kamera pada mode Manual. Pengaturan ini memungkinkan kalian untuk mendapatkan kendali penuh terhadap setting kamera digital kalian.
  • Atur Aperture semaksimal mungkin contoh : f/4.0 atau f/2.8.
  • Atur Shutter Speed pada 1/60, karena akan sulit memotret hanya menggunakan tangan pada kecepatan dibawah 1/60 detik. Sebagai acuan, jangan pernah memotret dengan shutter speed dibawah ukuran Focal Length yang kalian gunakan saat memotret  dengan hanya menggunakan tangan. Contoh: jangan pernah memotret dengan Shutter Speed dibawah 1/50, jika menggunakan lensa prime 50mm dan memotret hanya dengan menggunakan tangan (tanpa tripod).
  • Sobat akan membutuhkan Flash External, jika memungkinkan pantulkan cahaya flash tersebut ke langit-langit ruangan agar cahaya bisa lebih merata.
  • Lakukan uji coba dengan memotret beberapa kali serta melihat bagaimana hasilnya.
  • Jika hasil foto kurang terang atau underexposure, cobalah menaikkan ISO (dari 200 ke 400) sampai kalian mendapatkan hasil yang kalian inginkan.
Tips memotret diatas akan menghasilkan pencahayaan yang bagus pada portrait, dengan cahaya ruangan yang tertangkap pada background. Foto tradisional yang hanya mengandalkan flash yang menghantam subyek akan menghasilkan foto dengan obyek yang over dan background gelap.

Fotografi adalah tentang cahaya, kenali karakter cahaya untuk menghasilkan foto-foto yang berkualiatas, yang menyediakan, seperti flash external, softbox, lights
Pengaturan camera

Mengenal Mode Pengaturan Pada Kamera Digital

Fotografi Pemula - Mode Pemotretan apa yang sering Sobat gunakan? Menurut satu sumber yang telah melakukan survei terhadap pengguna kamera terutama para fotografer pemula, mode pemotretan Auto atau otomatis merupakan satu pengaturan yang paling banyak digunakan. Hasil survei ini memang tidak mengejutkan mengingat target survey adalah para fotografer pemula, tetapi jangan salah banyak orang yang telah lama menggunakan kamera masih tetap bertanya 'Apakah ada mode pemotretan selain otomatis?'
Kali ini kami akan membahas beberapa mode pemotretan dasar yang dimiliki oleh kamera digital pada umumnya (baik itu DSLr atau kamera saku). Informasi ini bisa dikatakan memang teknik dasar pada fotografi khususnya penggunaan kamera, tetapi kami berharap artikel ini berguna bagi Sobat yang memang sedang memulai dunia fotografinya, dan mulai meng-eksplore mode pemotretan selain otomatis.

Mode Otomatis

 Mode AUTO
Kami kira tidak perlu membicarakan panjang lebar tentang mode pengaturan AUTO (otomatis), mengingat hampir semua kamera digital memiliki fitur ini. Mode AUTO menginstruksikan kepada kamera agar menggunakan 'penilaian' terbaik dalam menentukan Shutter Speed, Aperture, ISO, White Balance, Fokus serta flash untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Beberapa kamera digital masih tetap memberikan kendali pada flash serta Red Eye Reduction dalam pengaturan AUTO. Mode pengaturn ini tentunya akan memberikan hasil yang relatif baik pada kebanyakan situasi dan kondisi, tetapi harap diingat Sobat butuh untuk memberitahu kamera informasi tambahan tentang jenis pemotretan yang akan diambil, sehingga hasil foto bisa sesuai dengan apa yang Sobat inginkan. Merujuk pada pernyataan tersebut, maka dibawah ini merupakan beberapa mode pengaturan kamera otomatis yang bisa memberi instruksi pada kamera tentang foto yang Sobat inginkan.

Mode Portrait
Ketika Sobat memilih mode Portrait, maka kamera kalian akan secara otomatis memilih menggunakan Aperture atau bukaan besar (bilangan kecil) yang nantinya akan menghasilkan foto dengan background tidak fokus atau blur (contoh: atur ke Depth of Field sempit, hal ini akan memastikan subyek satu-satunya yang terfokus dan merupakan pusat perhatian dari sebuah foto). Mode Portrait bekerja maksimal ketika kalian memotret satu subyek dengan jarak yang cukup dekat (baik itu dengan zoom atau mendekat), dan jika Sobat memotret di bawah matahari cerah, kalian bisa menggunakan flash untuk menambahkan cahaya pada bagian wajah subyek.

Mode Macro
Pengaturan Mode Macro membuat kalian bisa memotret lebih dekat kepada subyek guna memotret secara close-up. Sangat cocok untuk memotret bunga, serangga atau obyek kecil lainnya. Setiap kamera digital biasanya memiliki kemampuan yang berbeda juga, termasuk jarak fokus (biasanya antara 2 sampai 10cm untuk kamera saku). Fokus akan terasa sulit untuk didapatkan ketika Sobat menggunakan mode Macro ini, karena Depth of Field yang digunakan sangat sempit. Jagalah kamera dan obyek yang dipotret separalel mungkin, atau jika tidak Sobat akan sulit menemukan fokus. Pada pemotretan makro kemungkinan besar Sobat tidak akan menginginkan menggunakan flash Built-in yang ada pada kamera, karena akan menghasilkan foto yang terlalu terang (over exposure). Tripod sangat berperan penting dalam pemotretan makro, karena Depth of Field yang digunakan sangatlah kecil, bahkan sebuah gerakan kecil dari subyek bisa mengakibatkan gambar tidak fokus.

Mode Landscape
Mode pemotretan ini bisa dikatakan adalah kebalikan dari mode Portrait, dimana pengaturan mode Landscape memberikan Aperture kecil (bilangan besar) untuk memastikan sebanyak mungkin bidang potret akan terfokus (Depth of Field lebar/besar). Ideal untuk memotret di ruang terbuka seperti alam bebas, terutama untuk Point of Interest (PoI) yang memiliki jarak yang berbeda dari kamera. Pada mode pemotretan ini kemungkunan besar kamera juga akan memiliki Shutter Speed lebih lambat (untuk menyeimbangkan dampak dari aperture kecil), jadi pertimbangkan untuk menggunakan Tripod atau cara lain agar memastikan kamera tidak bergerak.

Mode Sports
Memotret obyek yang bergerak adalah fungsi utama dari mode Sports (pada beberapa kamera disebut dengan 'mode action'). Mode Pemotretan ini ideal pada setiap obyek yang bergerak seperti orang yang berolahraga, binatang, mobil dan lain-lain. Mode Sports memungkinkan untuk 'membekukan' action dengan meningkatkan Shutter Speed. Ketika memotret subyek yang bergerak cepat, Sobat juga bisa meningkatkan peluang merekam gerakan dengan menggunakan teknik Panning untuk mendapatkan efek blur.

Mode Night
Mode ini dirasa akan sangat menyenangkan untuk digunakan dan bisa membuat foto kaya warna yang menarik. Mode Night (tekniknya bisa disebut dengan 'slow shutter sync') digunakan pada pemotretan dengan kondisi rendah cahaya (low light), dan menggunakan shutter speed yang lebih lama pada kamera untuk membantu merekam detail background tetapi juga bisa menggunakan flash untuk memberikan cahaya pada foreground (subyek). Jika Sobat ingin benar-benar menggunakan mode pemotretan ini, maka gunakannlah Tripod jika tidak maka background akan tampak blur, tetapi memungkinkan juga memotret dengan tangan kosong ketika kalian memang menginginkan blur pada BG.

Mode Movie
Fitur mode ini merupakan 'perluasan' dari kemampuan kamera dari hanya mengambil gambar menjadi merekam gambar gerak. Kamera digital saat ini rata-rata sudah dilengkapi dengan mode Move yang bisa merekam baik itu visual maupun audio. Kualitas video pada beberapa kamera digital memang tidak setara dengan standar kamera video, tetapi mode ini memang berguna seklai ketika kalian menemukan subyek yang 'sempurna' untuk diambil menggunakan video. Satu hal yang perlu diingat adalah dengan merekam gambar bergerak atau video akan mengambil space atau ruang memori yang lebih besar daripada foto.

Mode pemotretan lain yang biasanya ada pada kamera digital adalah:

  • Mode Underwater: Fotografi bawah air memiliki tingkat kesulitan tersediri dalam mendapatkan exposure
  • Mode Kids and Pets: Untuk memotret obyek yang bergerak relatif cepat, mode ini sepertinya akan mengingkatkan Shutter SPeed dan mengurangi shutter lag menggunakan pre fokus.
  • Mode Indoor: Membantu dalam pengaturan Shutter Speed serta White Balance
  • Mode Beach: Digunakan pada saat memotret pada kondisi cahaya terang (siang hari terik)
  • Mode Fireworks: Digunakan untuk memotret kembang api
  • Mode Panoramic: Digunakan untuk memotret pemandangan panoramic yang pada nantinya akan digabungkan menjadi satu gambar.
  • Mode Foliage: Meningkatkan/meninggikan saturasi warna.


Mode Semi Otomatis
 Mode Aperture Priority (A atau AV)
Kami pernah membahas tentang Mode ini di artikel sebelumnya, memang mode Aperture Priority bisa dikategorikan pada semi otomatis, dimana Sobat bisa memilih Aperture dan kamera akan memilih pengaturan yang lain (Shutter Speed, White Balance, ISO, dan lain-lain) guna mendapat exposure yang tepat. Mode Aperture Priority akan sangat berguna pada saat kalian menginginkan kendali pada Depth of Field (biasanya subyek tersebut diam dan kalian tidak butuh pertimbangan shutter speed). Memilih Aperture dengan bilangan besar berarti Sobat akan mendapatkan Aperture/Bukaan yang lebih kecil dan cahaya yang masuk juga akan semaki sedikit. Hal tersebut berarti juga kalian kan mendapatkan Depth of Field lebar (sebagian besar foto akan terfokus), tetapi kamera akan mendapatkan Shutter Speed yang lebih lama. Bilangan kecil berarti kebalikannya (contoh: aperture besar maka Depth of Field juga akan kecil dan kamera kemungkinan besar akan memilih shutter Speed yang lebih cepat).

Mode Shutter Priority (S atau TV)
Mode pemotretan ini sangat mirip dengan Aperture Priority, tetapi bedanya adalah pada mode ini Sobat memiliki kendali penuh pada Shutter Speed, dan kamera akan menangangani sisa pengaturan yang lain. Sobat bisa menggunakan mode Shutter Priority jika ingin kendali penuh terhadap Shutter Speed, contohnya ketika memotret obyek yang bergerak (olah raga), tentunya Sobat ingin mendapatkan Shutter Speed yang cukup cepat untuk membekukan gerakan atlet. Dilain sisi, mungkin sobat lebih menikmati merekam gerakan dalam bentuk blur seperti air terjun, maka cobalah menggunakan shutter speed yang lebih lambat. Shutter Speed lambat juga bisa digunakan pada saat kondisi rendah cahaya.

Mode Program (P)
Beberapa kamera digital memiliki mode prioritas ini dalam melengkapi fitur otomatis. Mode Program hampir mirip dengan AUTO, pada kamera yang memiliki Mode AUTO dan Program, mode Program memberikan sedikit kendali atau kontrol terhadap beberapa fitur kamera seperti flash, White Belance, ISO, dan lain-lain. Periksa buku manual kamera digital kalian untuk lebih jelasnya, dan yang bisa digaris bawahi adalah Mode Program memeiliki beberapa perbedaan dengan AUTO.

Mode Full Manual
Mode Manual
Sobat memiliki kendali dan kontrol penuh dalam fitur ini, dan kalianlah yang menentukan semua parameter pengaturan seperti Shutter Speed, Aperture, ISO, White Balance, dan lain-lain. Mode ini memberikan fleksibilitas pengaturan yang kalian gunakan dalam memotret. Tentu sobat harus mengetahui apa yang dibutuhkan kenapa menggunakan mode Manual, sama seperti alasan-alasan diatas untuk menggunakan salah satu mode prioritas.
 

 

FOTOGRAFI MAKRO


  
 
Salam Macromania….!

Macrofotografi semakin banyak peminatnya dari waktu ke waktu, boleh jadi karna salah satu alasannya karna kekaguman kita terhadap sesuatu yg luar biasa yg tidak cukup nampak oleh mata kita secara langsung. Alasan diatas saya persempit dari objek foto makro yg begitu luas, Mengapa ? karna saya ngin mengarahkan pembicaraan ini pada objek binatang kecil dan Objek lain semisal butir.
Macrophotografi sendiri adalah aliran fotografi yg melihat segala sesuatu dalam dunia yg lebih kecil guna mengeksplorasi detil dan tekstur sebuah objek yg tidak nampak secara kasat mata.
Dalam tulisan ini saya tidak akan mengupas secara mendalam tentang macrophotografi dalam artian yg luas, baik mengenai peralatan maupun teknik dalam membuat sebuah foto macro. Karna begitu banyak cara yg digunakan para macromania dari yg sederhana sampai pada tingkatan sangat canggih. Saya hanya ingin berbagi mengenai cara yg biasa saya gunakan dalam merekam objek makro.

Setidaknya ada 4 cara dalam membuat fotomacro berkenaan dengan alat yg dibutuhkan :

1. Lensa Macro

Dari semua alat yg digunakan untuk membuat foto makro boleh jadi inilah yg paling baik dan menghasilkan gambar yg sempurna. Sebagai lensa normal lensa makro dapat berfungsi secara optimal dimana ketajaman, kekontrasan, dan fokus secara manual maupun otomatis berjalan sempurna.
Jika anda ingin mendalami fotografi makro secara serius dan memiliki anggaran yg cukup, ini adalah pilihan terbaik menurut saya. Dipasaran ada beberapa pilihan diantaranya adalah :

- Lensa macro normal : 50 mm – 65 mm
- Lensa macro mid tele : 90 mm – 105 mm
- Lensa macro tele : 150 mm – 180 mm

Pilihan lensa diatas tergantung dari kebutuhan dan anggaran dana yg kita miliki, semakin tinggi focal length (ditandai dengan mm) semakin mahal harga sebuah lensa kecuali apabila pembesarannya lebih tinggi seperti MP-E 65 mm / F 2,8 1-5 X.



2. Extension tube

yaitu semacam logam yang memiliki fitting bayonet di kedua ujungnya yg berfungsi sebagai penghubung elektronik dari lensa ke kamera. Alat ini dapat meningkatkan pembesaran tergantung dari berapa kali pembesaran dan berapa banyak alat ini terpasang pada sebuah kamera. Yg perlu diperhatikan adalah semakin banyak gabungan extesion tube maka akan semakin lama pula exposurenya sehingga kemampuan mode auto akan berkurang.



3. Flter Close up

Filter ini memiliki tingkat pembesaran yang beragam, dipasaran umum yg ada mulai +1 - + 10 dan dapat dibeli secara terpisah ataupun satu set. Penggunaan filter ini seperti filter2 pada umumnya yaitu direkatkan di bagian depan lensa. Dampak yg timbul dengan penggunaan alat ini adalah akan menurunkan DOF ( dept of field ) atau ruang ketajaman sehingga diperlukan bukaan diafragma kecil. Semakin tinggi tingkat pembesaran maka jarak terhadap objek akan semakin dekat. Yg paling banyak digunakan oleh peminat macrofotografi adalah Raynox DCR 250



4. Reverse Ring

Mungkin alat ini yg paling banyak digunakan para peminat fotomakro, alasan utamanya adaah harga yg terjangkau. Reverse Ring adalah sebuah linkaran logam dengan fitting bayonet yg berfungsi menyambung bagian muka lensa dengan kamera atau dengan kata lain posisi lensa terbalik dari biasanya. Dengan menggunakan reverse ring otomatis hanya dapat menggunakan mode manual karna merupakan penghubung non elektronik. Hasil yg direkam dengan bantuan alat ini cukup tajam meski DOF cukup sempit.



Apa yg perlu diperhaikan dalam membuat foto makro ?

Secara umum hal ini yg menjadi perhatian dalm membuat sebuah foto macro adalah

1. Lighting ( Pencahayaan)

Pencahayaan dalam membut foto macro sangat beragam dan unik, karna para peminat macrophotografi berkreasi dengan caranya masing2. saya merangkum setidaknya ada 4 cara yg biasa digunakan oleh para peminat macrofotografi :

A. Cahaya Matahari

Cahaya ini sungguh luar biasa buat saya, murah karna tersedia secara gratis dan sempurna karna penyebaran cahaya ke setiap sudut ruang ketajaman merata.
Saya akan membahas lebih dalam pada pembahasan selanjutnya, tentunya adalah cara yg biasa saya gunakan.

B. Twin light Flash

Yaitu dua buah lensa yg direkatkan didepan lensa, intensitas hanya dapat diatur sehingga dapat menghasilkan cahaya sesuai dengan keinginan kita, yg menjadi kendala mungkin mahalnya alat ini apalagi bila Branded ( merk Nikon dan Canon).



C. Ring Flash

Flash yg berbentuk lingkaran yg melingkari lensa. Hasil pencahayaannya cukup merata meski terkesan kuat. Ring Flash cukup berat sehingga cukup menjadi kendala ketika membuat foto makro, shake seringali tidak terhindarkan karna beban yg berat. Harga Ring Flash yg branded cukup mahal meski kini telah banyak dijual merk lain yg cukup terjangkau.



D. Flash external di beri diffuser

Penggunaan flash external dengan pemberian diffuser didepannya menjadi perhatian cukup besar bagi peminat foto makro, salah satunya harga diffuser yg terjangkau. Penyebaran cahaya dengan alat ini juga cukup merata dan berbaur dengan cahaya matahari. Hanya saja karna bentuknya yg besar cukup mengganggu bahkan menakuti hewan2 kecil yg sensitive teradap benda asing.


Sumber foto : Andis atmajaya (fotografer .net)

E. Built in Flash dengan snoot + Diffuser.

Mungkin alat ini yg paling terjangkau dan sangat Variatif. Para peminat menggunakan berbagai macam alat yg ada disekitar kita mulai dari kardus bekas odol sampai botol bekas minuman susu anak2, yg didalamnya dilapisi alumunium foil dan di beri diffuser didepanya.
Selain murah cahaya yg terlepas dari flash langsung menuju sasaran tembak yg tepat sehingga mengasilkan ketajaman yg sangat baik. Namun bila kita tidak mengatur dengn tepat intenitas cahayanya maka cahaya yg jatuh terasa sangat kuat pada objek. Mungkin kelemahan dari penggunaan alat ini adalah light yg dihasilkan tarasa flat karna cahaya tidak menyebar secara merata.



2. Ketajaman

ketajaman menjadi hal mutlak dalam memuat foto makro, percuma saja mendapatkan pembesaran yg maksimal kalau tidak tajam. Ketajaman dipengaruhi banyak factor, yg paling menonjol dan sering kita alami adalah karna guncangan .

3. Fokus

Foto yg tajam diperoleh dari fokus yang tepat, oleh karna itu dalam macrofotografi focus harus didapat seakur mungkin. Dengan foks tg tepat akan menghasilkan gambar yg sempurna.

4. DOF

Foto makro akan menjadi lebih indah apabila penerapan DOF yg tepat kita bisa bayangkan jika foto seekor belalang kecil yg tajam dengan background yg penuh dedaunan (terkesan ramai), mungkin akan sangat mengganggu keindahan foto tersebut. Oleh karna itu terapkan DOF yg tepat untuk menghasilkan BG yg lembut.

5. Komposisi

Jika foto yg kita hasilkan tajam dengan didukung BG yg lembut akan lebih cantik bila kita mengkomposisinya dengan baik. cara mengkomposisi yg termudah adalah dengan menerapkan rule of third. Kita akan semakin trampil mengkomposisi sebuah foto makro dengan melatih terus menerus, dan tidak ada salahnya melihat hasil karya orang lain untuk mencuri idenya.


Baik seperti yang saya tulis di awal saya akan membahas lebih dalam mengenai teknik foto macro cara yang biasa saya gunakan .

Hal –hal yang perlu di persiapkan sebelum kita terjun ke lapangan :

1. Setingan kamera

A. Setting Picture Style di kamera

Karena saya menggunakan Canon maka (ma̢۪af) settingan kamera yang saya tulis di sini adalah settingan kamera Canon.
Ubah menu sebagai berikut :

- Sharpness : 5-6
- Contrast : +1
- Saturation : +2
- Color Tone : 0

B. Parameter lainnya :

- Spot Metcring
- Day Light White Balance
- Color Space : sRGB
- Quality : RAW atau JPEG
- One shot dengan mode continous shooting
- Manual/Auto focus di lensa
- Gunakan AV atau TV mode, tergantung aktivitas objek.

2. Perlengkapan pendukung

Perlengkapan pendukung kadang kita abaikan karena kita berfikir kurang atau bahkan tidak perlu padahal buat saya ini cukup penting sebagai bagian untuk menghasilkan foto yang maksimal antara lain:

- Batang kayu kecil
Berfungsi untuk menyingkirkan dedaunan yang tidak terjangkau oleh tangan atau akan mengganggu apabila kita gunakan tangan secara langsung

- Handuk kecil
Rasanya lucu tapi ini penting karena boleh dicoba kita akan sangat berkeringat pada waktu kita membuat foto macro.
Karena kita cukup banyak mengeluarkan energi untuk mengatur irama nafas kita.

Perhatian utama ketika saya membuat foto macro mungkin sama dengan tulisan saya sebelumnya namun kali ini saya akan menjelaskannya lebih teknis dengan menyertakan parameter yang biasa saya gunakan :

1. Lighting

Pilihan saya jatuh pada cahaya matahari, cahaya yang luar biasa hebat buat saya, menyebar secara merata dan favoritnya saya adalah sinar pagi hari karena lembut dan memiliki warna sedikit menguning yang menghasilkan tonal pada gambar yang sempurna.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat foto macro dengan lighting sang surya adalah :

A. Arah Cahaya

Jangan sekali-kali melawan cahaya matahari karena kita akan kehilangan detail pada objek selain itu pasti menjadi tidak enak dipandang. Membelakangi matahari adalah posisi terbaik meski tidak salah jika mengatur posisi dari sisi samping.

Contoh Penganbilan dari sisi samping matahari :


B. Gunakan Lensa Hood

Penggunaan lensa hood buat saya cukup membantu terutama bila saya mengambil gambar dari arah samping matahari, selain meredam flare yang cukup mengganggu untuk foto macro juga sebagai penghalang debu atau tetesan embun langsung ke bagian depan lensa.


2. Ketajaman & Focus

Saya menggabungkan ketajaman dan focus dalam pembahasan ini karena saling terkait, untuk mendapatkan ketajaman dan focus yang maksimal maka cara yang saya gunakan adalah :

A. Gunakan Spot Metering di kamera, ini sangat membantu untuk menentukan titik focus yang akurat sehingga menghasilkan ketajaman yang maksimal.

B. Gunakan manual focus sebagai prioritas dibanding auto focus. Saya telah mengalami sendiri dengan Manual Focus ketajaman lebih dibanding dengan Auto focus, selain jarak menjadi lebih dekat + 20 Cm (dibanding kita menggunakan auto focus + 30 Cm) yang secara otomatis pembesarannya pun menjadi lebih optimal. Penggunaan Manual focus menjadi syarat mutlak buat saya bila objeknya sangat kecil, yang sangat sulit atau bahkan tidak mungkin menggunakan Auto Focus karena focus tidak tertangkap dengan baik oleh kamera.


3. D O F

DOF (Depth OF Field) atau Ruang Ketajaman menjadi unsur pendukung yang tidak terpisahkan untuk memperindah sebuah foto macro. DOF dipengaruhi beberapa factor diantaranya bukaan diafragma dan jarak lensa ke POI (Point Of Interest), semakin besar nilai Diafragma (F) yang ditandai dengan angka semisal ½,8 atau ¼ maka ruang ketajaman juga akan semakin sempit. Begitupun juga dengan jarak lensa terhadap POI semakin dekat maka ruang ketajaman akan semakin sempit pula.

Hal-hal yang menjadi perhatian saya untuk menentukan nilai F (diafragma) agar dapat menghasilkan DOF yang baik dan ketajaman yang sempurna terhadap objek yaitu :

A. Posisi POI

- Bila posisi POI kita ambil (shot) dari sisi samping saya menggunakan F5,6 – 9 dengan jarak sekitar 20 Cm dengan Manual focus atau 30 Cm dengan Auto Focus.


Ket : F : 7.1 Speed : 125 ISO : 200

- Bila posisi frontal (dari depan ke belakang) maka F yang saya gunakan >11 itupun belum mendapatkan ruang tajam secara merata, kendalanya adalah bila saya menggunakan F>16 maka speed akan sangat rendah dan resiko shake menjadi sangat besar.


Ket : F : 11 Speed : 80 ISO : 250

B. BG (Back Ground)

BG yang lembut dan warna yg kita nginkan dihasilkan dari penerapan DOF yang tepat, pengalaman saya untuk mendapatkan BG yang lembut maka jarak POI dengan BG harus 1.5 kali lebih jauh dari jarak lensa ke POI



Ket : jarak lensa ke POI 40 Cm sedang POI ke BG 40 Cm



Ket: Jark lensa ke POI 30 Cm sdangkan jarak POI ke BG 40 Cm

4. Moment

Kehidupan hewan kecil yang sering terabaikan di sekitar kita akan menjadi hal yang mengagumkan apabila terekam pada saat mereka beraktifitas keseharian, seperti makan,minum,kawin bahkan buang kotoran,dan lain-lain.
Foto makro akan memiliki nilai tambah bila dapat menghadirkan sebuah cerita , moment yang tak terduga menjadi incaran pemikat para macromania, semakin langka sebuah moment semakin menarik dan bernilai sebuah foto makro.
Berangkatlah kelapangan untuk hunting pada pagi hari karena itulah saat hewan kecil mulai beraktifitas layaknya manusia, banyak moment yang akan kita dapat pada pagi hari dibanding kita melakukannya pada sore hari.

Contoh Momen – momen Unik :

Kawin.


Memangsa :


Minum :


Buang hajat.


Bertelur.


5. Komposisi

Mungkin ini yang sering terabaikan oleh peminat foto makro, padahal komposisi merupakan unsur yang tak terpisahkan dalam sebuah karya foto termasuk foto Macro.
Dengan kejelian dan ketrampilan mengkomposisi sebuah foto macro maka akan menambah keindahan foto tersebut bahkan lebih dari itu dapat menjadi symbol sebuah cerita dalam foto tersebut.

Contoh komposisi :










Sahabat peminat Foto Macro,

Inilah artikel singkat saya yang saya tulis berdasarkan pengalaman saya sebagai peminat Macrophotografi tentu banyak hal yang masih harus saya pelajari karena begitu bayak cara untuk menghasilkan sebuah foto macro yang luar biasa.
Untuk itu saya mohon ma̢۪af apabila dalam tulisan ini ada yang kurang, terutama dalam hal tehnik fotografi yang benar juga mohon ma̢۪af jika bahasa dan tehnik penulisan artikel ini yang kurang baik.

Tips close up untuk fotografy pemula

KOMPOSISI DASAR DAN SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR ( CAMERA ANGLE )

Dalam dunia fotografi tidak sedikit fotografer apalagi yang masih pemula, seolah terlena pada hal-hal yang bersifat teknis saja, seperti mengatur bukaan diafragma, pengaturan kecepatan, dan pengaturan jarak. Mungkin juga, selama ini tidak terpikirkan bahwa di dalam foto itu terkandung nilai-nilai tertentu yang dapat membuat foto itu bagus atau sebaliknya menjadi berantakan. Salah satunya adalah pengaturan komposisi. Mungkin belum pernah membayangkan, bahwa dengan pengaturan komposisi sesungguhnya dapat ditonjolkan subjek utama. Bahkan tidak jarang akan mendukung keberhasilan foto-foto yang kita buat.

Definisi Komposisi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk, warna, terang dan gelap. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact (sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto). Dengan komposisi, foto akan tampak lebih menarik dan enak dipandang  dengan pengaturan letak dan perbandaingan objek-objek yang mendukung dalam suatu foto. Dengan demikian perlu menata sedemikian rupa agar tujuan dapat tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu mengejutkan. Dalam komposisi selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian.

Tujuan Mengatur Komposisi Dalam Fotografi
1.    Dengan mengatur komposisi foto, kita juga dapat membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek foto.
2.    Menyusun perwujudan ide menjadi sebuah penyusunan gambar yang baik sehingga terwujud sebuah kesatuan (unity) dalam karya.
3.    Melatih kepekaan mata untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah rasa estetik dalam pribadi pemotret.

Jenis-Jenis Komposisi :
  1. Garis
Komposisi ini terbentuk dari pengemasan garis secara dinamis baik garis lurus, melingkar / melengkung. Biasanya komposisi ini bisa menimbulkan kesan kedalaman dan kesan gerak pada sebuah objek foto. Ketika garis-garis itu digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah foto menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.
  1. Bentuk
Komposisi ini biasanya dipakai fotografer untuk memberikan penekanan secara visual kualitas abstrak terhadap sebuah objek foto. Biasanya bentuk yang paling sering dijadikan sebagai komposisi adalah kotak dan lingkaran.
  1. Warna
Warna memberikan sebuah kesan yang elegan dan dinamis pada sebuah foto apabila dikomposisikan dengan baik. Kadang kala komposisi warna dapat pula memberikan kesan anggun serta mampu dengan sempurna memunculkan “mood color” (keserasian warna) sebuah foto terutama pada foto – foto “pictorial” (Foto yang menonjolkan unsur keindahan)
  1. Gelap dan Terang
Komposisi ini sebenarnya dipakai oleh fotografer pada era fotografi analog masih berkembang pesat terutama pada pemotretan hitam putih. Namun, sekarang ini, ditengah – tengah era digital komposisi ini mulai diterapkan kembali. Kini pengkomposisian gelap dan terang digunakan sebagai penekanan visualitas sebuah objek. Kita dapat menggunakan komposisi ini dengan baik apabila kita mampu memperhatikan kontras sebuah objek dan harus memperhatikan lingkungan sekitar objek yang dirasa mengganggu yang sekiranya menjadikan permainan gelap terang sebuah foto akan hilang.
  1. Tekstur
Yaitu tatanan yang memberikan ksan tentang keadaan prmukaan suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut,dsb). Tekstur akan tampak dari gelap terang atau bayangan dan kontras yang timbul dari pencahayaan pada saat pemotretan.

Penerapan Komposisi Dalam Pemotretan
Dalam pengemasan sebuah foto agar terkesan dinamis dan menimbulkan keserasian perlu sebuah pemahaman tentang kaidah – kaidah tentang komposisi. Yang antara lain:

Ø   Rule of Thirds  (Sepertiga Bagian / Rumus Pertigaan)
Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum dilakukan dimana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto

Ø   Sudut Pemotretan (Angle of View)
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu jika kita mendapatkan satu moment dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik,
jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.

Ø   Format : Horizontal dan vertikal
Proposi pesrsegi panjang pada view vender pada kamera memungkinkan kita untuk memotret dengan menggunakan format landscape(horisontal) maupun portrait (vertikal). Format pengambilan gambar dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir.


Ø   Dimensi
Meskipun foto bercerita dua dimensi, yang artinya semua terekam diatas satu bidang. Namun, sebenarnya foto dapat dibuat terkesan memiliki kedalaman, seolah-olah dimensi ketiga. Unsur utama membentuk dimensi adalah jarak, Dimensi dapat terbentuk apabila adanya jarak, jika kita menampilkan suatu obyek dalam suatu dimensi maka akan terbentuk jarak dalam setiap elemennya. Untuk membuat suatu dimensi diperlukan adanya permainan ruang tajam, permainan gelap terang dan garis.

Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle )
Dalam fotografi agar foto yang kita hasilkan memiliki nilai dan terkesan indah harus diperhatikan mengenai masalah penggunaan sudut pengambilan gambar yang baik. Dalam fotografi dikenal 3 sudut pengambilan gambar yang mendasar, yaitu:


§   Bird Eye
Sudut pengambilan gambar ini, posisi objek dibawah / lebih rendah dari kita berdiri. Biasanya sudut pengmbilan gambar ini digunakan untuk menunjukkan apa yang sedang dilakukan objek (HI), elemen apa saja yang ada disekitar objek, dan pemberian kesan perbandingan antara overview (keseluruhan) lingkungan dengan POI (Point Of Interest).

§   High Angle
Pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari objek foto.

§   Eye Level
Sudut pengembilan gambar yang dimana objek dan kamera sejajar /  sama seperti mata memandang. Biasanya digunakan untuk menghasilkan kesan menyeluruh dan merata terhadap background sebuah objek, menonjolkan sisi ekspresif dari sebuah objek (HI), dan biasanya sudut pemotretan ini juga dimaksudkan untuk memposisikan kamera sejajar dengan mata objek yang lebih rendah dari pada kita missal, anak – anak.

§   Low Angle
Pemotretan dilakukan dari bawah. Sudut pemotretan yang dimana objek lebih tinggi dari posisi kamera. Sudut pengembilan gambar ini digunakan untuk memotret arsitektur sebuah bagunan agar terkesan kokoh, megah dan menjulang. Namu, tidak menutup kemungkinan dapat pula digunakan untuk pemotretan model agar terkesan elegan dan anggun.

§   Frog Eye
Sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di dasar bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke atas. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan dan untuk memotret flora dan fauna.

Field Of View
Beberapa jenis komposisi yang umum digunakan dari segi ukuran (field of view) yang akan diambil adalah sebagai berikut :

a. Extreme Close Up
Pengambilan gambar yang sangat dekat sekali dengan objek, sehingga detil objek seperti pori-pori kulit akan jelas terlihat.

b. Head Shot
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga dagu
.
c. Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga bahu.

d. Medium Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga dada.

e. Mid Shot (setengah badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga pinggang.

f. Medium Shot (Tiga perempat badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga lutut.

g. Full Shot (Seluruh Badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga kaki.

h. Long Shot
Pengambilan gambar dengan memberikan porsi background atau foreground lebih banyak sehinnga objek terlihat kecil atau jauh.


Beberapa jenis komposisi dari segi banyaknya manusia sebagai objek yang difoto adalah sebagai berikut :

a. One Shot
Pengambilan gambar untuk satu orang sebagai objek.

b. Two Shot
Pengambilan gambar untuk dua orang sebagai objek.

c. Three Shot
Pengambilan gambar untuk tiga orang sebagai objek.

d. Group Shot
Pengambilan gambar untuk sekelompok orang sebagai objek.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar, diantaranya
Headroom, merupakan ruang diatas kepala yang berfungsi membatasi bingkai dan bagian atas kepala objek.
Noseroom, arah pandang atau ruang gerak objek dalam sebuah frame, bertujuan untuk memberikan ruang pandang sehingga terkesan bahwa objek memang sedang melihat sesuatu.
Foreground, segala sesuatu yang menjadi latar depan dari objek.
Background, segala sesuatu yang menjadi latar belakang objek.

TIPS HUNTING
  1. Persiapan Awal
1.    Siapkan kamera dan peralatan lain yang di butuhkan (seperti flash, tripot, filter, dll)
2.    Sebelum memulai hunting rencanankan konsep dan obyek apa yang akan diambil.

  1. Pada Saat Hunting
1.    Ambil semua obyek yang memang ada dilokasi dan pikirkan pula apa yang akan di ceritakan pada foto yang akan diambil.
2.    Untuk pemula, mulailah hunting dengan obyek yang beragam dan dasar, seperti landscape, human interest, portrait, arsitektur,dll. Kemudian menuju jenis-jenis foto yang lebih mengarah ke jurnalistik seperti features, spot, essay dan stories.
  1. Pasca Hunting
1.    Setelah hasil hunting jadi, lakukan evaluasi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari hunting kita.
2.    Yang terpenting, lakukan presentasi foto dan pameran untuk menunjukkan hasilhunting kita ke banyak orang.